Sejak sekitar lima tahun belakangan ini – meski belum ada data valid yang dapat dijadikan sebagai rujukan – jumlah anak-anak dan remaja yang menekuni olahraga golf sebagai olahraga prestasi cenderung terus meningkat jumlahnya.
Hal tersebut adalah sebuah fakta yang tidak bisa dibantah mengingat bahwa olahraga golf adalah olahraga outdoor yang menyehatkan. Seiring berjalannya waktu, banyak orang tua yang berhimpun menjadi satu. Para orang tua mendirikan berbagai wadah antara lain Indonesia Junior Golf (IJG), Perkumpulan Akademi Golf Indonesia (PAGI), Parents Child Golf Club (PCGC), dan Indonesia Amatir Golf Club (IAGC) untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi para pegolf junior dan amatir tersebut.
Perkumpulan-perkumpulan golf tersebut – dari data yang berhasil dihimpun oleh IndependensI.com – sejak terbentuk hingga sekarang sangat aktif menyelenggarakan gobar (golf bersama) dan latbar (latihan bersama).
Selain itu perkumpulan-perkumpulan golf yang para anggotanya terdiri pegolf junior dan amatir berusia antara 5 sampai 17 tahun ke atas tersebut, tak hanya sebatas menggelar gobar dan latbar atetapi juga sangat aktif menyelenggarakan event golf series yang bersifat open tournament.
Dan, event series tournament yang diselenggarakan tak hanya diikuti oleh pegolf junior dan amatir dari Tanah Air tapi diikuti juga oleh pegolf dari luar negeri.
Match Play
Dari data yang ada, ternyata setiap kali perkumpulan-perkumpulan golf tersebut menyelenggarakan gobar dan latbar – sebagai kegiatan sela sebelum dan sesudah series open tournament digulirkan – format pertandingan yang digunakan tak hanya stroke play saja tapi diterapkan juga format match play atau bertanding satu lawan satu.
Harus diakui bahwa match play adalah sebuah format pertandingan yang relatif jarang dipergunakan di percaturan olahraga golf di Indonesia kalah populer dengan format stroke play.
Andaikata para pegolf yang tampil mewakili bangsa dan negara di SEA Games ke-32 Kamboja lalu tak pernah tampil berkompetisi yang menggunakan format match play – baik saat gobar dan latbar maupun tampil bertanding dalam turnamen yang diselenggarakan oleh perkumpulan-perkumpulan golf yang namanya telah disebut di atas – bukan tidak mungkin hasil yang mereka peroleh di SEA Games ke-32 di Kamboja lalu akan lain.
APGC
Hal yang sama dialami empat pegolf junior (dua putra dan dua putri) yaitu masing-masing Jordan Indra Marcello, Kenneth Henson Sutianto dan Thea Jessica Tan serta Sania Talita Wahyudi.
Betul bahwa keempat pegolf yang mengusung nama Tim Indonesia 1 (Jordan dan Thea) serta Tim Indonesia 2 (Kenneth dan Sania) yang tampil bersaing dalam Asia Pacific Golf Confederation (APGC) – Junior Championship 2023 yang berlangsung di Filipina pada 16-18 Mei 2023 lalu memang belum beruntung merebut gelar juara – baik di nomor individu maupun nomor beregu.
Tapi mereka tetap fight dan all out sejak round #1 hingga round #3 dalam turnamen yang diikuti oleh lebih dari duapuluh negara di kawasan Asia Pasifik yang menggunakan format Match Play (!) tersebut.
Selama tiga hari Jordan mencetak skor 221 (73-74-74) dan menduduki peringkat T7, Kenneth mencetak skor 178 (75, 69,74) berada di peringkat 5. Sedangkan Sania yang berada di peringkat T13 mencetak skor 211 (73-76-80) serta Thea yang mencetak skor 232 (7974-79) berada di peringkat T16.
Sedangkan Tim Indonesia 1 (Jordan dan Thea) berada di peringkat 16, dan Tim Indonesia 2 (Kenneth dan Sania) di peringkat 10.
Seperti diketahui dalam event yang sangat prestisius bagi para pegolf junior di kawasan Asia Pasifik tersebut, Hsu Po Cheng, dari China Teipei merebut gelar juara perorangan putra dengan skor -6 (69-68-73), juara perorangan putri Lau Arriana dari Hongkong dengan skor -4 (73-70-69) sedangkan juara tim putra dimenangkan Tim Korea Selatan 1 dengan skor -7 (144-140-141).
Skor tim adalah hasil akumulasi dari skor yang dicetak sejak round #1 hingga round #3 (Final) oleh dua pegolf yang tergabung dalam tim tersebut.
Sumber: Independensi