Tuarang (musim kering) Lydia Ko di turnamen-turnamen major telah berakhir. Penantiannya selama 8 tahun tanpa gelar major akhirnya terpenuhi di St Andrews (Old Course), Fife, Skotlandia. Juara Olimpiade 2024 itu meraih trofi AIG Women’s British Open 2024, gelar major pertama setelah menang terakhir kali di ajang besar ini pada 2016 (Ana Inspiration). Tidak mengherankan jika Ko begitu terharu ketika merayakan kemenangannya ini.
Memulai putaran keempat dengan 4-under, Ko yang tertinggal 3 pukulan dari leader 54 hole Jiyai Shin (KOR) memang tidak terpikir bakal mengakhiri putaran akhir dengan kemenangan. ““Saya hanya akan tetap berpegang pada game plan yang sama. Saya tidak sepenuhnya yakin akan seperti apa cuaca hari ini dan saya pikir itulah faktor terbesar di lapangan golf ini,” kata Ko, sehari sebelum final round.
Cuaca buruk dan angin kencang memang menjadi tantangan bagi para peserta AIG Women’s British Open 2024 dalam 4 hari. Ia pun melihat bahwa para pesaingnya di puncak leaderboard dalam turnamen berhadiah total US$9,5 juta tersebut cukup kuat, seperti Shin, Lilia Vu yang merupakan juara bertahan, pegolf No. 1 Dunia Nelly Korda, dan Jenny Shin (KOR).
Namun, ketika membukukan birdie di hole 18, Ko langsung bertengger di puncak leaderboard dengan 281 (7-under). Pimpinan leaderboard yang berada di 3 besar, Shin, Vu, dan Korda, justru harus berjuang keras untuk memperbaiki skor mereka di hole-hole akhir.
Ketika Ko sedang menunggu di practice putting green, yang tidak jauh dari green 18, Vu bersiap melakukan putt birdie dari jarak 6 meter untuk memaksakan playoff. Namun, gagal diwujudkan. Vu malah membuat bogey dan berakhir dengan 5-under.
Korda yang sempat memimpin hingga hole 13 dengan 8-under membuat double bogey di hole 14. Keunggulannya ini pun terpotong lagi dengan bogey di 17. Pegolf berusia 26 tahun ini pun membutuhkan eagle di hole penutup. Sayang ia hanya mampu membuat par. Korda, Vu, Shin, dan Ruoning Yin berbagi tempat di posisi keempat dengan 283 (5-under).
“Ini hampir terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” kata Ko, yang saat ini berusia 27 tahun, seakan masih tidak mempercayai kemenangannya. “Inilah saya juara major 3 kali. “Saya rasa tidak ada kata-kata yang tepat dalam kamus yang bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi.”
Ketika ditanya apa yang terasa lebih baik: medali emas Olimpiade, dua major pertamanya, atau memenangi major ketiga di St. Andrew? “Ini seperti mengatakan, ‘Apakah kamu lebih menyukai ibumu atau ayahmu?” katanya. “Mereka semua istimewa dengan caranya masing-masing.”
Kemenangan major terakhir Ko terjadi di Ana Inspiration pada 2016. Setahun sebelumnya, ia menjuarai Evian Championship dan tercatat sebagai remaja ajaib berusia 18 tahun yang memenangi turnamen major tersebut.